Flying Fox dianggap sebagai permainan yang juga memiliki tujuan untuk mengatasi ketegangan berlebih. Seseorang yang bermain flying fox bisa merasa lebih segar dan dapat dengan mudah melepaskan ketegangannya. Permainan ketinggian yang dilakukan dengan cara meluncur menggunakan tali atau sling ini meskipun juga berfungsi untuk menguji keberanian, namun memiliki tingkat keamanan yang sesuai standar sehingga siapapun yang memainkannya tidak perlu khawatir atau takut.
Selama peserta dalam wahana permainan flying fox mentaati peraturan dan instruksi dari para instruktur, maka permainan pun dapat berjalan lancar dan tidak ada masalah keamanan yang perlu dikhawatirkan. Oleh karena itu penting bagi instruktur untuk memiliki keahlian dan kemampuan tertentu agar dapat memberikan arahan serta panduan dengan baik selama permainan. Bahkan diperlukan juga kemampuan untuk memahami kondisi psikologi setiap pesertanya. Contohnya ketika ada seorang peserta yang harus menghadapi rasa takutnya pada ketinggian, tapi tetap merasa penasaran ingin mencoba permainan ini. “Itulah tantangan yang harus dihadapi para instruktur, khususnya yang menangani permainan flying fox”, kata Leader Instruktur Citra Alam Riverside, Saiful Anwar.
Saiful Anwar yang biasa disapa Away ini pun menceritakan bagaimana ia harus menangani seorang peserta outbound yang mengalami takut ketinggian saat permainan flying fox. “Butuh waktu sekitar 1 jam lamanya untuk meyakinkan ibu tersebut agar berani meluncur di lintasan flying fox. Dia sempat menyerah dan gemetaran dan saya menyarankan untuk tidak melakukannya jika ragu,” tutur Away. Namun ibu tersebut tetap bertekad mengalahkan rasa ketakutannya. Away menambahkan, ia dan beberapa teman instruktur sudah memiliki standar prosedur penanganan untuk mengantisipasi hal-hal yang mungkin terjadi pada peserta flying fox yang punya rasa takut. “Ada 2 kemungkinan, peserta tersebut melepaskan pegangannya pada tali di tengah perlintasan dan pingsan, atau pingsan saat tiba di titik pendaratan. Dikhawatirkan juga saat mulai meluncur, peserta tersebut merasa takut dan menarik trainer,” ungkapnya. Tim instruktur flying fox sudah memiliki SOP (Standart Operational Prosedur) yang bisa dijalankan dalam kondisi darurat.
Pengamanan yang sesuai standart sehingga membuat peserta termasuk pemula merasa lebih aman dan nyaman selama bermain flying fox, menjadikan permainan tersebut masuk sebagai salah satu permainan untuk mengatasi takut ketinggian seperti saat mempelajari hypnoterapi, maka kita justru akan dihadapkan pada sumber permasalahan. Misalnya mengalahkan rasa takut dengan menghadapi ketakutan itu sendiri.
Satu hal yang menjadi perhatian para trainer terhadap peserta flying fox adalah berat badan peserta. Untuk flying fox peserta dewasa, bisa dilakukan seorang diri. Sedangkan untuk anak-anak, apabila berat badan masih dibawah 25 kilogram, maka permainan harus dilakukan secara tandem bersama guru, orang tua pendamping atau fasilitator outbound. Ketentuan bagi peserta anak-anak itu penting untuk diperhatikan guna meminimalisir kemungkinan terjadinya hal yang tidak diinginkan seperti perasaan panik yang bisa saja terjadi pada anak-anak saat perlintasan.
Bentuk tanggung jawab seorang instruktur outbound khususnya trainer untuk permainan flying fox, tidak hanya saat permainan berlangsung. Sebelum dan sesudahnya, mereka juga memiliki tanggung jawab untuk memastikan peralatan yang digunakan dalam kondisi baik dan aman digunakan. Sedikit saja terdapat masalah dalam peralatan akan membahayakan peserta dan kredibilitas penyedia wahana permainan itu pun menjadi taruhannya. Meski demikian, pengalaman yang memotivasi banyak orang agar memiliki keberanian dan mengalahkan rasa takut juga tak kalah berharga bagi para instruktur.
Comments