Adalah Reihan Rasyid, remaja asal Kota Depok berusia 18 tahun berhasil menjuarai Lomba Pidato Meniru Gaya Bung Karno ke-4 tahun 2018. Reihan mengikuti jejak Syifa Fauziah, juara di tahun 2017 yang juga berasal dari Depok dan saat itu masih menjadi siswa SMK Insan Medika. Sebelum mencapai posisi terbaiknya, ternyata Reihan sudah menempuh proses dan perjalanan panjang di ajang yang bertujuan untuk menanamkan rasa cinta tanah air kepada generasi muda ini. Sejak penyelenggaraan pertama tahun 2015, ia sudah menjadi peserta dan masuk dalam jajaran finalis.
“Sesungguhnya toh bahwa membangun sebuah negara, membangun ekonomi, membangun teknik, membangun pertahanan adalah pertama-tama dan pada tahap utamanya membangun jiwa bangsa.” Itulah salah satu kutipan pidato Bung Karno “Nation and Character Building yang disampaikan oleh Reihan secara lantang, jelas dan penuh ekspresi. Maka tak heran jika dalam juri memberikan nilai tertinggi. Salah satu juri bahkan menilai Reihan sudah hapal dengan isi pidato dan paling baik dari peserta lainnya.
Mahasiswa Universitas Pamulang (UNPAM) ini mengaku sudah 4 kali mengikuti lomba pidato Bung Karno. Pertama di tahun 2015, Reihan berhasil menyabet gelar juara harapan 1, lalu pada tahun 2016, ia harus puas hanya masuk 20 besar karena sedang sakit. Selanjutnya pada tahun 2017, Reihan kembali masuk dalam jajaran peraih piala, yakni juara 3. Di tahun 2018 inilah ia berhasil menduduki posisi juara satu dan memperoleh hadiah berupa Tropy dari Rumah Kebangsaan Pancasila (RKP) dan uang senilai total Rp. 20 juta, termasuk penghargaan sebagai Pemuda Hebat.
Terhadap prestasinya tersebut Reihan merasa bersyukur. “Alhamdulillah saya bersyukur banget bisa mendapatkan juara satu di tingkat nasional, dan bisa mengangkat derajat nama orang tua dan juga saya bangga dengan apa yang saya inginkan dapat tercapai,” ungkapnya kepada Citra Alam. Apalagi, kompetisi dalam lomba pidato Bung Karno cukup menegangkan karena lawan-lawannya sulit untuk dikalahkan.
Selama bersekolah, Reihan mengaku tidak pernah berbicara di depan umum bahkan berpidato, termasuk saat mempresentasikan mata pelajaran. Prestasi lain hanya diperolehnya di bidang olahraga sepak bola. Baginya, keberhasilan hingga meraih prestasi seperti sekarang ini berkat bimbingan sejumlah guru,”ada pak Angga, pak Sodri, pak Imam dan pak Mendi.”
Lebih lanjut Reihan mengharapkan ajang Lomba Pidato Meniru Gaya Bung Karno tetap terselenggara setiap tahunnya. “Saya akan selalu optimis, karena menang atau kalah dalam perlombaan adalah hal yang biasa, yang terpenting saya sudah berusaha semaksimal mungkin,” tegasnya.
Perjalanan panjang yang sudah ditempuh Reihan selama 4 tahun dengan gigih dan pantang menyerah, telah membawanya pada prestasi yang terbaik. Apa yang telah dilalui Reihan dapat menjadi contoh bahwa dalam hal apapun termasuk kompetisi, sebuah proses merupakan yang terpenting ketimbang hasil. Menang dan kalah, apabila dicapai melalui proses yang baik, maka akan memberikan manfaat maksimal. Sebaliknya, jika proses tidak berjalan sebagaimana mestinya bahkan sarat dengan kecurangan dan saling menjatuhkan, dapat dipastikan tidak akan membawa manfaat apapun.
Ayo Pemuda Pemudi, mulai persiapkan diri untuk berkompetisi dalam Lomba Pidato Bung Karno tahun depan!!
Comments